Konsep bahwa sedari bayi kita bisa menilai penampilan seseorang membuat antropolog Don Symons masuk akal. Profesor di University of California di Santa Barbara ini berujar, "Kecantikan bukanlah tanpa tujuan. Dia memiliki maksud. Kecantikan itu sebuah fungsi. Cantik, lanjut argumennya, bukan semata-mata tergantung siapa yang melihat, tapi seberapa bekerja fungsi otak kita saat melihat.
Dalam penelitiannya, psikolog besar Victor Johnston dari New Mexico State University menarik kesimpulan yang menurutku masih bersifat argumentatif—tapi sangat, sangat menarik. Cowok, demikian kata mereka, selalu menunjukkan ketertarikannya pada cewek yang bermata besar, berbibir penuh, dan hidung serta dagu yang kecil. Penelitian lainnya yang dilakukan psikolog Devendra Singh dari University of Texas menunjukkan, 7 dari 10 cowok lebih tertarik pada bentuk tubuh cewek yang klasik, the hourglass-shaped, dengan pinggul penuh. Lagi-lagi argumentatif meski dengan jumlah rasionya sangat jelas.
"Para pria ini memilih wanita dengan kulit yang halus, mata besar, tubuh 'berisi', dan bibir penuh,” jelas Symons. Semua tanda-tanda 'vital' ini tentunya mengacu pada wanita muda dengan kesehatan baik, dan subur. Ambil contoh bibir, yang 'dipenuhi' dengan hormon estrogen, meraih puncaknya di usia 14 sampai 16 saat cewek memasuki masa suburnya. Dengan menopause dan hilangnya kesuburan, bibir kehilangan 'kepenuhannya'. Seperti halnya luka atau lecet pada kulit yang menjadi pertanda timbulnya penyakit infeksi atau parasit, kulit cerah dan halus bicara tentang kemudaan dan kesehatan yang baik. Insting memilih wanita seperti ini, menurut Symons, ternyata tidak banyak berubah sejak ribuan tahun yang lalu. Sebuah kelaziman purba yang membuktikan cowok tidak mengalami evolusi dalam memilih lawan jenisnya.
Tapi tidak semua ahli setuju rupanya. "Pilihan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa trigger, yang biasanya bersifat budaya," kata C. Loring Brace, seorang antropolog dari University of Michigan.
Bagaimana dengan cewek-cewek yang tidak simetris dan tidak terbentuk sempurna? Apakah orang kebal dengan perasaan tak puas? Eleanor Roosevelt pernah ditanya apakah dia punya penyesalan. Cuma satu, jawabnya. Ibu negara Amerika Serikat itu berharap dia terlahir lebih cantik.
Aku tahu aku terlahir sebagai bayi yang buruk rupa waktu orangtuaku membelikanku hadiah pemanggang roti listrik sebagai bathtub mainan…Lelucon ini dilemparkan Joan Rivers, salah seorang TV personality paling mashyur di Amerika Serikat.
"Aku selalu mengira-ngira apa jadinya hidupku ini kalau aku memiliki kecantikan itu," kata Joan
"Marilyn Monroe pernah berkata, 'Aku tahu aku pernah memiliki power di umur 8 tahun. Waktu aku naik pohon, empat orang cowok menolongku turun.'"
"Di sisi lain, tidak cantik memberikanku hidup. Kita bisa menemukan jalan yang lain. Aku menjadi lucu. Aku menjadi lebih cerdas. Aku nggak mau masuk kampus dan mendapat predikat Miss Cheerleader."
Lalu ada petunjuk yang realistis dari hidup Joan.
"Kecantikan hanya dilihat saat kita muda. Saat beranjak tua, kau tak lagi terlihat. Kebohongan apa pun yang mereka ucapkan tentang kita, kalau kamu terbangun dari tidur tanpa bakat yang berlimpah seperti Barbra Streisand (aktris & sutradara peraih Oscar, penyanyi & penulis lagu peraih Grammy, salah satu tokoh Yahudi paling terkenal setelah Albert Einstein), kamu ingin mirip siapa? Barbra atau Michelle Prefiffer?"
In my own thought, 'Barbra's talent in Michelle's body. I'd would love that.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar