Minggu, 24 Oktober 2010

Take Time

Take Time:
Take time to think-It is the source of all power.
Take time to read- It is the fountain of wisdom.
Take time to play- It is the source of perpetual youth.
Take time to be quiet- It is the opportunity to seek God.
Take time to be aware- It is the opportunity to help others.
Take time to love and be loved- It is God's greatest gift.
Take time to laugh- It is the music of the soul.
Take time to be friendly- It is the road to happiness.
Take time to dream- It is what the future is made of.
Take time to pray- It is the greatest power on earth.
Take time to give- It is too short a day to be selfish.
Take time to work- It is the price of success. T
here is a time for everything. [Ecclesiastes 3:1-8]

Selasa, 03 Agustus 2010

Something Happened on the Way to Heaven


Sepertinya jalan yang kuambil sudah sesuai dengan nilai-nilai Ilahi sehingga kutulikan semua nasihat. Sepertinya aku sudah kudus sehingga kucaci semua cela yang mereka buat. Sepertinya aku sudah begitu dekat dengan surga sehingga aku lupa aku sedang berada di neraka....

Masuk dunia pelayanan bukan hal yang sulit buat Ani. Hidupnya sebelum itu, biasa saja. Tak ada gejolak yang berarti. Tak kurang uang jajan pun sehingga dia tak pernah menimbun rasa iri. Orangtua tak akur? Yah, hanya sesekali. Tidak setahun sekali. Dalam tahun 18 tahun hidupnya, Ani merasa sudah cukup berpuas diri dan ingin memberi hati buat orang lain. Singkatnya, Ani melayani. Rohaninya bergiat dan jalan menuju surga terasa semakin dekat. Sampai suatu hari ia berjumpa seorang pria berwajah sejuta kekaguman yang menawarkan cinta beda 'dunia'. Kuatir kesempatan tak datang dua kali, disambutnya sang cinta. Semua nasihat rohani ditepis hanya karena dinding asmara yang terlanjur dibangun di dalam perasaannya kian menebal. Matanya lebih giat menelusuri kata-kata hangat dari sang kekasih hati di layar telepon daripada ayat-ayat suci di layar yang sama. Telinganya tak lagi peka pada senandung rohani. Ia memilih pujian setipis kain sifon yang fana. Dari rajin sekali, Ani mulai datang gereja sesekali. Lalu tidak sama sekali. Di mana Ani kini? Setelah ditinggal pergi sang pujaan hati yang merampok jiwa raganya, Ani mengunci diri. Yang ada di pikirannya hanya satu mimpi: ingin mati. Ani benar-benar tak pernah sampai ke rumah Bapa. Di dalam dunia pun, roh dan jiwanya sudah mati...

Sebelum masuk dunia pelayanan, saya sungguh berhitung: Apa untung ruginya buat saya? Terus terang, buat saya, pelayanan dan gereja di luar nalar saya. Lebih tepatnya, saya harus meninggalkan semua logika saya di keset Gedung Ventura sebelum bersalaman dengan usher-usher Southers yang manis. Di hadapan Tuhan, kemanusiaan saya yang diukur dari seberapa logis saya berpikir dan seberapa cepat nalar saya bekerja, tidak pernah masuk hitungan. Semuanya menjadi sampah. Ada satu lagu yang punya sebaris kalimat sangat luarbiasa, i cast away my earthly crowns before You... Menilik sistem pelayanan yang dibangun di gereja saya dan saya bukan tipe manusia mau berkomitmen mati untuk semua hal yang mengikat saya di kemudian hari, saya harus mau berpikir dan belajar keras soal pelayanan. Dari TH (sekarang sudah suami) saya yang getol pelayanan, saya mencoba mengunyah kata ini pelan-pelan. Hasilnya? Dalam 3 bulan, barulah saya menyetujui.

Yang saya lakukan pertama kali adalah menjadi operator multimedia. Di awal-awal, saya sering kena tegur Bang Bernard yang waktu ketua profetik karena sering terlambat mengklik atau nggak menyiapkan klip-klip yang diperlukan. Selang beberapa lama, saya sudah lumayan jago men-juggling klik dengan mengedit lagu. Pertama-tama ditegur, sebalnya setengah mati. Tak jarang sampai di rumah saya menangis karena kesal. Kalo boleh membela diri, saya bisa membuat daftar poin-poin kenapa penampilan saya bisa 'cacat' hari itu. Mulai laptopnya yang ngadat, lemot, sampai sayanya yang memang tidak siap. Dan daripada marah lalu mulai merutuki keadaan, saya membenahi sikap.

Pelayanan kedua adalah memiliki anak PA. Sungguh, saya tidak pernah berpikir punya anak PA karena dulu saya merasa tidak jago berhubungan sama orang lain. Apalagi cewek. Khususnya anak remaja cewek. Huh, hidup mereka kan complicated ga penting; Masalah kecil jadi besar, sewaktu-waktu bisa supersensitif, jutek.. argh! PA juga kan artinya bagi hidup, mau jadi pendengar yang baik, sabar, lembut... Percaya atau tidak, dulu itu bukan karakter saya. Saya tidak betah dengerin curhat orang atau curhat sama orang lain. Saya gerah sama orang yang lambat dan tidak taktis. Saya mudah il-fil sama gadis-gadis manja yang bodoh tapi sok kuat. Intinya, saya memang masih egois. Masih mau memikirkan diri sendiri.... Malu dengan kenyataan itu, saya akhirnya berdoa dan meminta anak PA. Setelah dirasa siap, ternyata saya kini punya 5 anak PA. Wah, ajaib juga rasanya...

Masuk dalam dunia pelayanan seharusnya adalah pilihan bukan pelarian. Melarikan diri dalam pelayanan pasti berbuntut kejatuhan. Pelayanan membutuhkan kesiapan lahir batin karena porsi 'aku' mestinya sudah tidak punya tempat lagi. Dan buat saya pribadi, pelayanan ini seperti jalan menuju surga. Sama seperti jalan-jalan lainnya, di jalan yang satu ini juga ada saja hambatannya. Saya mencatat dua terutama:

1. Faktor Internal
Semua kata sifat yang negatif (marah, malas, bosan, you name it)

2. Faktor Eksternal
Semua kata benda (ortu, pacar, teman, waktu, dll.)

Setelah sedikit sekali melakukan riset (tidak menjadi acuan), saya berkesimpulan ada dua faktor juga yang seharusnya kita jadikan prinsip dalam melayani.

1. Faktor Tuhan
Connected..connected..connected... seberapa dekat sama Tuhan akan menentukan seberapa setia dan tahan kita mau diproses dalam dunia yang penuh gesekan ini.

2. Faktor orang lain
Penting banget memilih teman yang tepat. Asalkan kita mau memerhatikan, Tuhan sebetulnya sudah mengatur orang-orang 'rohani' tertentu yang berbicara 'iman' sama kita. Di jalan kita menuju surga, tidak saja ada cowok-cowok rupawan lain 'iman', tapi juga orang-orang yang memberi inspirasi, menantang kita, dan membantu kita meraih mimpi kita. Banyak dari kita yang terjungkal dari jalan ini hanya karena mereka nggak bisa lepas dari orang-orang yang 'salah'. Pilihlah untuk berhubungan sama orang-orang yang mengerti tujuan hidup kita. Percayalah, kita tidak punya banyak waktu untuk bergaul sama orang yang akan menjatuhkan hidup kerohanian kita. Untuk ini, let's fight the good fight.

Seperti juga Ani dan saya, rasanya setiap cewek memang mudah terbuai dengan kata-kata manis. Entah itu kosong atau memang benar adanya. Wanita ingin dijunjung dan disanjung. Perasaannya yang halus ingin dibelai dan dibuai. Wanita, dengan kata lain, ingin menjadi pusat dunia. Di lain sisi, jika ia disakiti, ia akan menyakiti lebih dalam lagi. Cenderung menghancurkan daripada dihancurkan lebih dulu. Membabi buta dalam berkata dan bertindak. Oh yeah, woman is capable doing anything a man can. Saya tidak sedang membuat kesimpulan, hanya saja ingin bersikap jujur. Jatuh dalam masalah perasaan buat saya bukan hal yang luarbiasa. Tapi, buat Tuhan, setiap kejatuhan adalah sesuatu yang luarbiasa. Bukan jatuhnya yang luarbiasa,
tapi kapan mau bangkitnya. Kapan mau menyadari masih ada Tuhan yang bisa membalut hati yang berdarah-darah itu. Siapa pun yang pernah jatuh dan bangkit lagi sepertinya tahu formula ini: balut dulu lukanya sampai sembuh lalu bangkit dan kembali ke berjalan menuju surga. Di mata saya, pelayanan adalah jalan menuju surga karena saya tidak saja bisa melihat apa yang dilihat Tuhan, tapi juga melakukan apa yang Dia kehendaki dalam kehidupan saya. Dan saya mau lakukan yang terbaik buat pelayanan saya: memiliki hati yang lembut dan menyingkirkan potensi batu sandungan di jalan saya menuju surga.

Selamat melayani.

For the honor of your name, O Lord, forgive my many, many sins. Psalm 25:11

Minggu, 13 Juni 2010

The Beautiful part 5

Tidak ada seorang pun manusia yang kebal sama Hukum Gravitasi. Hukum ini terlihat wujudnya bersamaan dengan waktu, genetika, dan lingkungan. Dalam arti yang sangat sederhana, dan lawan terbesar dari kecantikan, adalah penuaan. “Kerangka manusia akan tegak berdiri sampai kita rata dengan tanah alias mati," kata Dr. Linton Whitaker, kepala operasi plastik di The University of Pennsylvania Medical Center. "Sejalan dengan jaringan lunak yang mengendur, rona kemerahan masa kanak-kanak kita akan berganti dengan rona kekuningan. Apa yang tadinya garis rahang menjadi gelambir."

Seiring waktu, kulit akan kekurangan stok kolagen dan elastin—unsur yang terdapat di lapis kedua kulit yang memberikan kekenyalan.

"Di bawah mikroskop, kolagen mirip rajutan sweater," jelas Whitaker. "Setelah dipakai dan merenggang sebanyak 10,000 kali, sweater akan mengndur. Sama seperti kulit kita. Waktu rajutan kolagen dan elastin mulai melemah kulit akan kehilangan elastisitasnya." Hukum gravitasi pun mulai terlihat.

Kalau penuaan adalah proses alami, apakah operasi pengencangan kulit tidak alami?

"Sepertinya tidak. Memang ada yang alami?" Nada Whitaker mulai sinis. "Inilah dunia yang kita tinggali. Benar atau salahnya tergantung penilaian masing-masing. Jadi, lakukan saja (operasi ini) dan buat hatimu senang."

Kenyataannya demikian. Operasi plastik bikin orang bahagia. Menurut American Society for Aesthetic Plastic Surgery, hampir 3 juta operasi plastik telah dilakukan di Amerika Serikat tahun 1998. Pelaku terbanyak? Generasi Baby Boomers, 35 sampai 50 tahun, yang berjumlah 42%.

Pencarian penampilan wajah sempurna terjadi di seluruh dunia. Di Rusia, biaya operasi plastik yang pakai diskon ternyata mampu menarik peminat dari London sampai Sydney. Di Australia, yang pernah punya majalah khusus operasi plastik bernama Gloss, operasi kosmetika ini juga populer di kalangan cowok, seperti operasi hidung, membuat lipatan mata baru, sedot lemak, face-lifts, dan pembetulan telinga.

Di Cina, rumah sakit khusus operasi plastik tumbuh lebih cepat dari pohon bambu di musim semi. Para pasien bisa mendaftar di istana operasi plastik seluas 1,115meter persegi yang bernama Dreaming Girl's Fantasy di Pulau Hainan.

Di Brazil, menurut Dr. Ivo Pitanguy, seorang dokter bedah plastik ternama dunia, "Para cewek mendapat liposuction (sedot lemak) di usia 18 dan pengecilan payudara antara usia 16 dan 22. Orang Brazil memang lebih menyukai payudara kecil dan bokong besar, sementara orang Amerika menginginkan payudara besar. Jumlah pasien pria pun semakin tahun, semakin bertambah.”

Garis antara peningkatan kepercayaan diri dan gila semakin kabur. Ada sebuah cerita dari kota kecil di Texas di mana operasi pembesaran payudara menjadi hadiah lulus SMA! Dan bagaimana bisa masuk di akal saat mengetahui daftar operasi plastik Michael Jackson? Sebut saja empat; operasi hidung, implan dagu, operasi kelopak mata, face-lift (pengencangan kulit wajah), penipisan bibir, pemutihan kulit, dan operasi kecil di sana-sini sebagai touch-ups.

("Michael merancang wajah yang dia mau," kata sebuah sumber yang dekat dengan si bintang. "Prosesnya tak beda seperti kita memilih perhiasan atau pakaian yang akan dipakai.")

"Hmm, bagaimana kalau kamu besar nanti nggak se-cute sekarang?" Shirley Temple, aktris cilik terbesar Amerika bingung waktu ditanyakan hal ini. Saat itu dia baru berusia 8 tahun. Jangan takut karena semua ada jawabannya. Apa yang turun, pasti naik. Untuk rambut rontok, pakai Rogaine. Untuk kulit wajah yang mengendur, Retin-A. Prozac untuk jiwa yang mengendur dan Viagra untuk......

"Usia tua bukanlah hal yang ditakuti." Bette Davis membuat quote yang sangat memorable ini.

"Oh, bukan itu," koreksinya. "Usia tua bukan buat mereka yang narsis. Kalau kamu menjadi dirimu sendiri, kamu tidak akan kehilangan apa-apa.”

Bahkan buat orang yang tidak narsis pun, usia tua menjadi momok tersendiri. Martha Graham, seorang wanita yang punya 'kuasa' di sejarah tari dunia, menjadi 'pahit' saat dia beranjak tua. Dia pernah menelepon Bertram Ross, seorang penarinya, tengah malam, hanya untuk membisikan, "Matilah selagi muda dan masih indah dilihat." Lalu telepon mati.

Di usia 38 tahun, hukum gravitasi itu juga terlihat di wajah saya. Saya suka berkaca lewat cermin kecil suvenir di kantor dan memastikan melihat garis-garis mata yang mulai terlihat, dan terlihat jelas saat saya tertawa. But, that's maybe the most joyful moment in my life...

The Beautiful part 4

Ada banyak unsur cantik., tapi hanya satu yang pasti. Setiap budaya punya 'bad hair day'. Di Australia tengah, orang Aborigin Aranda yang botak memakai wig yang terbuat dari bulu emu. Hal yang sama dilakukan oleh orang Azande di Sudan. Hanya saja wig mereka terbuat dari spons. Untuk memanjangkan rambut, suku Ashanti di Nigeria harus melakukan ritual berpura-pura bunuh diri. Dan di Brazil, suku Bororo memotong rambut mereka sebagai tanda berduka.

Rambut memiliki arti yang berbeda. Pahlawan pria di peradaban Barat 'dituntut' memiliki syarat tinggi, berkulit gelap, dan tampan. Sementara gadis berambut pirang dirasakan lebih menyenangkan.

Rambut pirang adalah rambut para putri dalam dunia dongeng, seperti Cinderella dan Rapunzel. Para wanita Hollywood paling terkenal berambut pirang. Sebutlah Jean Harlow, Carole Lombard, dan Marilyn Monroe (memang sih, cuma panata rambut mereka yang tahu warna asli rambutnya). Para gadis berambut gelap natural sampai hari ini masih merasa terintimidasi dengan kepirangan rambut teman mereka. Dan yang menyedihkan, umumnya mereka yang terlahir pirang merasa tidak yakin kalau sudah pirang 100%!

Perusahan produk perawatan rambut di Amerika Serikat memperkirakan 40% cewek memilih warna rambut pirang, pilihan yang sama dengan para wanita di masa Yunani kuno. Dari sudut pandang biologis, para peneliti mengatakan rambut pirang memberikan kesan kekanakan. Banyak bayi terlahir pirang dan rambutnya menggelap sejalan dengan waktu.

Sinyal apalagi yang diberikan rambut? Di masyarakat pada umumnya, rambut pendek mewakili karakter tegas dan disiplin. Coba pikir sekolah militer, biksu Buddha, dan penjara. Rambut panjang bisa diartikan kebebasandan perilaku yang tidak biasa: Hmmm, contohnya siswa SMA Pangudi Luhur dan Stephen Tyler!

"Seperti inilah aku waktu berusia 5 tahun," Noliwe Rooks, asistant profesor Studi Sejarah dan Afrika-Amerika dari Princeton, berkata.

Rambut Noliwe sangat african-american, dan ya, rambut seperti ini ikut mengukir kebudayaan, politik, dan ketegangan antar generasi. Foto itu menunjukkan seorang gadis kecil dengan rambut afro yang terikat, mirip bola.

"Ibuku seorang aktifis politik, dan aku memakai gaya ini sampai usiaku 13," tawanya.

"Nenekku punya masalah besar dengan gaya rambut ini. Aku cucu satu-satunya dan dia nggak tahan kalau rambutku seperti ini. Well, gaya rambut ini tidak cute. Tidak feminin. Nggak bisa dikasih pita. Setiap musim panas, ibu mengajaku tinggal di Florida bersama nenek. Begitu ibu pergi, nenek membawaku ke salon Ny. Ruby supaya diluruskan. Masalah yang timbul antara ibu, nenek, dan aku biasanya berputar di masalah rambut.."

Saat kuliah, Noliwe memutuskan untuk membiarkan rambutnya bergaya apa adanya. Atau sekalian dibuat gimbal.

"Sebelum aku kasih tahu nenek, dia terkena stroke. Di sepanjang perjalanan di pesawat menuju rumah, aku latihan bagaimana menjelaskan padanya soal penampilan rambutku ini. Para dokter nggak tahu masalah ini. Nenek nggak ngomong apa-apa. Suara yang keluar dari mulutnya seperti orang berkumur. Dan aku nggak bisa pakai topi untuk menutupi rambutku. Ini kan Florida yang suhunya 40 derajat! Aku masuk saja ke kamar dan berharap yang terburuk.

"'Kau apakan rambutmu?' tanyanya. Itulah komentar nenek.

Setelah sang nenek meninggal, Noliwe memotong rambutnya sebagai sikap berduka.

"Waktu nenek di rumah sakit, aku menyisiri rambutnya. Aku angkat rambut putih itu dari sikat rambut, masukkan ke dalam plastik dan meletakkannya di depan foto nenek. Itulah arti rambut buatku, sungguh besar buat hubungan kami. Rambut berarti kedekatan dan akhirnya penerimaan."

Jumat, 11 Juni 2010

I'm sorry...

.........for the absents of motherless nights
.........for sagas and fairy tales I should tell
.........for the birthday candles that I never witness you blow out
.........for the uniforms that not once I put you on
.........for not teaching you A, B, C, D while I teach others foreign language
.........for lack of courage to call you at 7 am knowing you'd want me there
.........for leaving you in the middle of the nights
.........for fall outs, bumps in the head, sores in your knee, blood when you got cut
.........for playing alone
.........for being away when you got sick
.........for wanting you wanting me as mother
.........for tears you shed I should wipe
.........for I should wipe my tears for missing you so much

Do well, lovely one. God bless you.

Kamis, 10 Juni 2010

The Beautiful part 3

Wajah yang menarik itu seperti apa? “Wajah yang simetris. Ya, wajah pada umumnya,” kata Langlois. Umumnya di sini bicara tentang posisi dan ukuran feature wajah, seperti hidung, mata, mulut, dll. Dari cuplikan-cuplikan slide yang ditembakkan, wajah yang menarik punya arti yang lebih jelas. Beberapa wajah lebih menyenangkan dilihat dari yang lain. Seperti ada keharmonisan tata letak features-nya. Slide seorang gadis remaja dengan sepasang mata yang letaknya berdekatan dengan hidung yang lebar terpampang di dinding. Ketidakharmonisan letak yang ekstrim sudah hampir pasti tidak menarik, lanjur wanita profesor itu.

Konsep bahwa sedari bayi kita bisa menilai penampilan seseorang membuat antropolog Don Symons masuk akal. Profesor di University of California di Santa Barbara ini berujar, "Kecantikan bukanlah tanpa tujuan. Dia memiliki maksud. Kecantikan itu sebuah fungsi. Cantik, lanjut argumennya, bukan semata-mata tergantung siapa yang melihat, tapi seberapa bekerja fungsi otak kita saat melihat.

Dalam penelitiannya, psikolog besar Victor Johnston dari New Mexico State University menarik kesimpulan yang menurutku masih bersifat argumentatif—tapi sangat, sangat menarik. Cowok, demikian kata mereka, selalu menunjukkan ketertarikannya pada cewek yang bermata besar, berbibir penuh, dan hidung serta dagu yang kecil. Penelitian lainnya yang dilakukan psikolog Devendra Singh dari University of Texas menunjukkan, 7 dari 10 cowok lebih tertarik pada bentuk tubuh cewek yang klasik, the hourglass-shaped, dengan pinggul penuh. Lagi-lagi argumentatif meski dengan jumlah rasionya sangat jelas.

"Para pria ini memilih wanita dengan kulit yang halus, mata besar, tubuh 'berisi', dan bibir penuh,” jelas Symons. Semua tanda-tanda 'vital' ini tentunya mengacu pada wanita muda dengan kesehatan baik, dan subur. Ambil contoh bibir, yang 'dipenuhi' dengan hormon estrogen, meraih puncaknya di usia 14 sampai 16 saat cewek memasuki masa suburnya. Dengan menopause dan hilangnya kesuburan, bibir kehilangan 'kepenuhannya'. Seperti halnya luka atau lecet pada kulit yang menjadi pertanda timbulnya penyakit infeksi atau parasit, kulit cerah dan halus bicara tentang kemudaan dan kesehatan yang baik. Insting memilih wanita seperti ini, menurut Symons, ternyata tidak banyak berubah sejak ribuan tahun yang lalu. Sebuah kelaziman purba yang membuktikan cowok tidak mengalami evolusi dalam memilih lawan jenisnya.

Tapi tidak semua ahli setuju rupanya. "Pilihan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa trigger, yang biasanya bersifat budaya," kata C. Loring Brace, seorang antropolog dari University of Michigan.

Bagaimana dengan cewek-cewek yang tidak simetris dan tidak terbentuk sempurna? Apakah orang kebal dengan perasaan tak puas? Eleanor Roosevelt pernah ditanya apakah dia punya penyesalan. Cuma satu, jawabnya. Ibu negara Amerika Serikat itu berharap dia terlahir lebih cantik.

Aku tahu aku terlahir sebagai bayi yang buruk rupa waktu orangtuaku membelikanku hadiah pemanggang roti listrik sebagai bathtub mainan…Lelucon ini dilemparkan Joan Rivers, salah seorang TV personality paling mashyur di Amerika Serikat.

"Aku selalu mengira-ngira apa jadinya hidupku ini kalau aku memiliki kecantikan itu," kata Joan

"Marilyn Monroe pernah berkata, 'Aku tahu aku pernah memiliki power di umur 8 tahun. Waktu aku naik pohon, empat orang cowok menolongku turun.'"

"Di sisi lain, tidak cantik memberikanku hidup. Kita bisa menemukan jalan yang lain. Aku menjadi lucu. Aku menjadi lebih cerdas. Aku nggak mau masuk kampus dan mendapat predikat Miss Cheerleader."

Lalu ada petunjuk yang realistis dari hidup Joan.

"Kecantikan hanya dilihat saat kita muda. Saat beranjak tua, kau tak lagi terlihat. Kebohongan apa pun yang mereka ucapkan tentang kita, kalau kamu terbangun dari tidur tanpa bakat yang berlimpah seperti Barbra Streisand (aktris & sutradara peraih Oscar, penyanyi & penulis lagu peraih Grammy, salah satu tokoh Yahudi paling terkenal setelah Albert Einstein), kamu ingin mirip siapa? Barbra atau Michelle Prefiffer?"


In my own thought, 'Barbra's talent in Michelle's body. I'd would love that.'

The Beautiful part 2

Aku ingin sedikit sedikit kritis--silakan kalau menilainya sinis.
Kita suka menenangkan diri dengan hal-hal yang klise. Ah, cantik itu hanya setipis kulit. Dia cantik? Tergantung sih siapa yang lihat. Cantik itu tergantung dari kelakuannya.
Pretty is as pretty does. Dan yang paling parah, 'yang penting cantik hatinya'. Doh! Aku suka banget sama logika pernyataan ini 'Cantik itu relatif, tapi jelek adalah absolut'.

Di sebuah era feminis dan sarat politis, belum lagi jargon yang meneriakkan kalau pria dan wanita itu diciptakan setara, padahal faktanya sangat berbeda, kecantikan bisa membuat pikiran dan hati kita gundah, bingung, bahkan marah. Orang lain yang cantik, hati kita yang mendidih tak terima.

Well, dilihat dari baik atau buruknya, cantik itu penting. Seberapa penting? Uji saja nilai-nilai hidup kita. Dengan keberuntungan, semakin lama kita hidup dan menerima kondisi kita di dunia ini, semakin murah hati definisi yang kita beri buat si cantik.

Henry James bertemu dengan novelis wanita Inggris George Eliott saat ia berusia 49 tahun. Silas Marner, Adam Bede, and The Mill on the Floss adalah buku-buku yang sudah ditulis Elliot saat itu. Middlemarch yang menjadi 'greatest hit' sedang dalam proses penulisan.

"Dia jelek banget!," tulis James pada ayahnya. "Dahinya rendah, mata abu-abunya membosankan, hidungnya panjang menjuntai, mulutnya lebar, penuh sama gigi yang nggak rata… Namun, dengan keburukan di semua tempat, ada kekuatan menawan yang, setiap beberapa menit, mencuri perhatian dan menawan pikiranku. Di akhir pertemuan itu, aku jatuh cinta padanya."

Dalam negeri dongeng, hanya si tulus hati yang mampu melihat ada seorang pangeran tampan dalam tubuh seekor kodok jelek. Mungkin, sangatlah manusiawi saat kita percaya kalau kecantikan tidak semata-mata tergantung mata. Tapi hati kita pun bisa mengakuinya.

Pencarian kecantikan terbentang sepanjang abad dan benua. Sebuah relief di makam seorang bangsawan Mesir Ptahhotep, yang hidup sekitar 2400 SM, menunjukkan sang bangsawan tengah mendapat perawatan pedikur. Cleopatra memakai celak, eyeliner yang dibuat dari gerusan beberapa mineral. Asal tahu saja, Cleopatra pada masa itu adalah seorang wanita berkulit legam dengan rambut kaku seperti kawat dan bibir supertebal. Aneh sekali kalau Hollywood pernah menghidupkan cewek ini lewat aktris cantik jelita Elizabeth Taylor yang berkulit bening mulus bak pualam dan bermata ungu. [Sigh!]

Tampil tak bercela dan semangat narsis yang tinggi di antara aristokrat Perancis di abad ke18 membuat si pemikir besar Montesquieu menulis: "Tak ada yang lebih serius dari kejadian di pagi hari saat Madam akan ke toilet. Tapi sang monsieur pun tak kalah narsisnya dengan wig ikal bertumpuk, sarung tangan yang wangi, dan pemerah pipi. Mereka punya warna sendiri, toilet, bedak bubuk, minyak rambut, parfum." Ia melanjutkan, "dan kegiatan ini jauh lebih penting daripada menjamu tamu agung."

Pencarian kecantikan bisa menggelikan. Untuk memperjelas darah bangsawan mereka secara harafiah, para wanita di hadapan Raja Louis XVI menggambari nadi biru di leher dan punggung mereka dengan tinta.

Pencarian kecantikan bisa mematikan. Warna merah vermilion yang digunakan di abad 18 dibuat dari sulfur dan merkuri. Pria dan wanita yang mengulaskannya pada bibir mereka berisiko kehilangan gigi dan gusi yang meradang. Di abad 19, para wanita mengenakan tulang paus dan korset baja yang menyulitkan mereka bernapas.

Pencarian kecantikan bisa sangat mahal harganya. Tahun lalu, di Amerika Serikat, orang menghamburkan enam milyar dollar untuk wewangian dan 6 milyar lagi untuk makeup. Produk rambut dan kulit menguras delapan milyar dollar masing-masing, sementara untuk urusan kuku berbiaya satu milyar. Dalam kegilaan menurunkan berat badan, 20 milyar dihamburkan orang untuk produk diet dan jasanya—belum termasuk milyaran lagi untuk membayar keanggotaan fitness dan operasi plastik.

Diluar biaya, pencarian ini membuahkan hasil. Sebuah obsesi yang dicontohkan dari wanita Copper Eskimo yang membiarkan salju masuk ke dalam sepatu boot-nya sehingga memengaruhi gayanya berjalan. Lenggak lenggok karena dinginnya es ini konon membuat para pria terpesona—sebuah pernyataan fashion yang mirip dengan mengikat kaki di tradisi Cina kuno.

Dan lihat ini: Beautiful is about instinct! Seorang bayi 6 bulan ternyata sudah tahu mana orang yang rupawan atau tidak. Dia diperlihatkan rangkaian foto wajah yang sudah diukur tingkat pesonanya oleh polling mahasiswa. Sebuah slide ditembakkan; pengukur waktu mulai berdetik saat si bayi menatap gambar di foto. Si bayi melengos; pengukur waktu berhenti. Slide berganti wajah.

Setelah lebih dari satu dekade penelitian ini, Judith Langlois, profesor psikologi dari University of Texas di Austin, yakin kalau bayi ini, dan bayi-bayi lainnya yang sudah dites, akan menatap lebih lama pada mereka yang berwajah menarik daripada mereka yang tidak.

Dan pemikiranku adalah, kalau bayi saja bisa melakukan itu, apalagi orang dewasa....

The Beautiful part 1


Sheli Jeffry mencari gadis cantik. Sebagai pencari model baru buat Ford, salah satu agen model ternama dunia, Jeffry biasa me-casting 200 gadis muda setiap Kamis siang. Di kantornya di New York, wajah-wajah indah menghiasi sampul majalah Vogue, Glamour, dan Harper's Bazaar. Di luar, gadis-gadis muda yang tengah berharap itu menanti kesempatan besar mereka.

Jeffry sedang melihat tinggi tubuh: minimal 1.8m . Dia mencari remaja: 13 sampai 19 tahun dengan tipe tubuh tertentu.

Yang seperti apa sih tipe tubuhnya?

"Tipis,” katanya. "Tahu kan, cewek kurus di sekolah yang bisa makan apa saja dan kapan saja tanpa naik setengah kilo pun. Mereka ini bisa jadi gantungan baju."

Dalam setahun, Jeffry memeriksa beberapa ribu wajah. Dari ribuan itu, hanya lima atau enam yang akan dipanggil buat dites. Orang cantik punya bayaran yang cantik pula. Model pemula berpenghasilan $1,500 sehari; Nun di puncak sana, $25,000; para supermodel, seperti Kate Moss, bisa empat kali lipatnya!

Jeffry memanggil si calon model pertama masuk.

"Kamu suka difoto?" dia bertanya pada Jessica dari New Jersey. "Suka banget! Aku selalu ingin jadi model," jawab Jessica, wajahnya berbinar seperti lampu.

Yang berikutnya tak kurang pedenya. Marsha dari California ingin 'mencicipi' aura Pantai timur Amerika, sementara Andrea dari Manhattan hanya penasaran apa yang bisa membuatnya jadi bintang di catwalk.

Antrian selesai. Wajah-wajah layu tertunduk dan airmata berlinangan begitu mendengar kalimat, "Bukan kamu yang kami cari saat ini" berulang-ulang. Memupus harapan.

Bukan kamu yang kami cari

Menghadapi kalimat ini, Rebecca dari Providence menyibak rambut gelapnya dan bertanya: "Apa yang kalian cari? Bisa dijelaskan tepatnya?"

Jeffry hampir kehilangan jawaban. Sambil bergumam dia menjawab, "Sulit dikatakan. Tapi saya tahu kalau melihatnya."

Apa itu cantik? Pertanyaan yang mudah sekaligus sulit untuk dijawab.

"Saya sedang menulis tentang kecantikan," kataku pada seorang narasumber. "Kecantikan seperti apa dulu?" potongnya cepat.

Kecantikan seperti apa? Jawabannya juga sulit sekaligus mudah. Kita baru tahu setelah melihatnya—begitulah yang aku pikir. Para filsuf membingkainya sebagai persamaan moral. Apa yang cantik itu baik, kata Plato. Sementara para penyair punya istilah yang lebih mulia. "Kecantikan adalah kebenaran. Kebenaran itu cantik," tulis John Keats, meskipun Anatole France berpikir kalau kecantikan "lebih dalam daripada kebenaran itu sendiri."

Yang lain menerjemahkannya lebih nyata. "Orang datang sama saya dan bilang: 'Pak Dokter, buatlah aku cantik,'" ungkap seorang ahli bedah plastik. Kenyataannya, "Yang mereka cari adalah tulang pipi yang tinggi dan rahang yang tegas."

Ilmu pengetahuan melihat kecantikan dan menerjemahkannya menjadi sebuah strategi. "Kecantikan adalah kesehatan," kata seorang psikolog. "Ada papan iklan yang bilang 'Aku sehat dan subur. Aku bisa meneruskan keturunanmu."

Bagian terbaiknya, kecantikan selalu dirayakan. Dari pejuang Txikão di Brazil yang menato tubuhnya seperti corak jaguar sampai Madonna dengan beha metalnya, umat manusia menikmatinya dalam keseharian atau sebagai topeng agar lebih berkuasa, romantis, ataupun seksi.

Bagian terburuknya, kecantikan jelas memberi perbedaan. Penelitian menunjukkan, orang yang menarik menghasilkan lebih banyak uang, lebih sering dipanggil di kelas, menerima hukuman yang lebih ringan, dan diartikan lebih bersahabat. Kita memang menilai buku hanya dari sampulnya saja.

Senin, 07 Juni 2010

Little Girls Lost... and Found


Setahun yang lalu, gue bertemu dengan seorang gadis yang 'hingar bingar'! Dia cuek, atau sepertinya dia tidak peduli dengan apa pun yang di sekitarnya. Sahabatnya saat itu hanya iPod dan headset bermotif zebra yang nyaris tak pernah lepas dari telinganya. Kaus v-neck putihnya cukup tipis sampai siapa pun yang berjarak 5 meter darinya bisa melihat jelas warna beha yang dipakainya. Si gadis ini rupanya suka mengkontraskan warna kaus dan 'dalamannya'. 'Oooh, tipe si pencari perhatian', 'belagak kuat padahal berdarah-darah'... Hati gue membatin. 15 tahun di dunia jurnalistik remaja dan membenamkan diri dalam pelayanan remaja membuat analisa gue cukup akurat (dans dikit sok tahu). Dengan tubuh tinggi besar, gadis yang beraura kosmopolitan ini cukup stand-out di sebuah aula yang menjadi tempat pujian penyembahan acara retreat remaja gereja gue. Sebuah pemandangan yang berbeda dari peserta dan panitia lainnya yang tampil konvensional di tempat sedingin itu. Tapi ini kan retreat. tempat paling tepat buat hati-hati yang hancur dan ketemu sama Tuhan, walaupun dari gayanya, dia sepertinya lebih cocok berada di mal premium. Gayanya yang acuh tak acuh membuat gue mengambil kesimpulan lagi kalo dia nggak bakal dapat lawatan Tuhan. Perkiraan yang sembarangan memang. Nggak disangka, saat penantangan Baptisan Roh Kudus, si gadis malah lebih dulu berkomat-kamit setelah gue doakan. Gue berharap, bersama 4 gadis muda lainnya, gadis ini menjadi anak PA gue yang berhasil, setelah dua sebelumnya tak jelas.
Singkat kata, bergumul bersama kelima orang gadis ini cukup menguras emosi dan pikiran gue. Latar belakang mereka begitu menakjubkan semua alam sadar gue. Tak menyangka, kehidupan kejam itu begitu dekatnya sama hidup gue saat ini. Dan gue pikir hidup gue sudah cukup porak poranda.... It's kinda nothing compared to theirs. Beberapa bulan pertama menjalani PA, gue mengira acara 'cuci piring' ini bakal mudah. It wasn't. At all...
Sembilan bulan berikutnya banyak drama dalam hubungan anak-ibu PA ini. Tiga orang terlihat serius membenahi hidup mereka, bahkan ada yang berani masuk pelayanan gereja gue yang terkenal tight, ada seorang yang cabut, dan seorang lagi, si gadis kosmopolitan, yang masih belum jelas mau diapain. She's nice when she wants to. She's paying attention to whatever I say, when she wants to. And She goes to church when she wants to. Sangat tidak stabil dan bikin gue, mau tak mau, cari apa maunya Tuhan dia dikasih ke gue. Doa puasa plus air mata gue jalani demi si gadis yang luka hatinya lebih dalam yang gue kira. Sepertinyaaaaa, harapan gue semakin jauh karena she's still hopeless. Meski begitu, gue coba terus untuk berdoa dan berpuasa buat dia. Biar setitik Tuhan, biarlah ada iman itu boleh tumbuh di hatinya. Dan ketika harapan gue melihat dia bisa 'bertumbuh' itu semakin pudar, something inside her start to spark...
Sebulan sebelum retreat, dia bilang mau ikut. Sebuah pernyataan bold yang terus terang awalnya gue anggap sebagai usaha penyelamatan diri supaya tidak lonely saat weekend. Tapi melihat dia berusaha keras untuk sungguh-sungguh, something's telling me kalau dia akan siap memiliki anak PA, seperti saudara-sudara PA-nya yang lain. Kalau gue aja meragukan dia, apalagi orang luar. Gue tahu banget, banyak orang yang nggak percaya sama gadis yang sangat kekanakkan dan super manja ini bisa mengambil tanggung jawab sebesar itu. Man, gue nggak tahu gimana ibu PA yang lain, tapi kalo gue seperti anak sendiri. Bedanya, mereka ga tinggal aja bareng gue. Melihat kondisi mustahil ini, lagi-lagi gue mencoba pake iman. Inilah langkah iman gue berikutnya; I dare my self to mentor her and believe in this matter! Untuk hal ini, gue mau doa puasa lagi dan lagi dan lagi buat dia. Kali ini, dia ikut serta. Puji Tuhan!
Dan hasilnya tidak buruk sama sekali. Tak seorang pun bisa menyangka dia bisa menjadi guardian yang baik buat anak-anak PA saudara2nya. terust terang, melihat sendiri bagaimana dia mendoakan, menangis, dan memberi kasih yang besar membuat gue merinding. Gosh, God worked through her. Nggak ada yang nggak mungkin dalam Tuhan!
Melihat dia melakukan hal2 rohani yang besar, sekali lagi gue men-challenge hidupnya, kasih hidup lebih lagi buat Tuhan. Meninggalkan sesuatu yang dia cintai di dunia supaya ada ruang buat Tuhan berdiam di hatinya. And again, i see God in her. Dia nggak hanya memberikan koleksi album band favoritnya yang langka, tapi juga teman-temannya yang selama ini memberikan pengaruh negatif. Gue menuliskan cerita ini, hari ini, supaya gue mengingat pekerjaan Tuhan yang mustahil dalam hidup yang serba rusak dan penuh ketidakmungkinan. Gue sangat, sangat terhormat bisa melayani dia, si gadis yang terhilang yang kini telah kembali itu. Dan kalau pun gue harus melakukan ini lagi, bersusah payah buat memulihkan hidup gadis-gadis terhilang lainnya, i would definitely do it again with all the humbleness!

dedicated to my amazing girls God put in my life: pia, oli, amel, ici.. someday you'll understand how big God using you in my life. It's an honor...

Rabu, 27 Januari 2010

HOPE



Hari ini, harus gue akui, hati gue remuk. Setelah membaca berita yang mencengangkan tentang Aurora di Norwegia (I'd love to see them someday...), perhatian gue teralih ke sebuah berita yang meremukkan hati gue itu.

Ini cerita nyata tentang Lynn Gilderdale, gadis Inggris 31 tahun yang terkena Myalgic Encephalopathy atau ME. Sedikit catatan, ME atau yang dikenal dengan Chronic Fatigue Syndrome (CFS) mempengaruhi hampir semua bagian saraf dan sistem imun tubuh. Gejala umumnya adalah rasa lelah dan letih yang sangat parah, memiliki masalah ingatan, konsentrasi dan otot yang lelah. Akibatnya seseorang tidak akan bisa melakukan apapun dengan kondisi demikian. Penyebab pasti penyakit ini sampai sekarang belum diketahui, tapi beberapa infeksi viral seperti demam yang berhubungan dengan kelenjar serta trauma bisa memicu penyakit ini. Tidak ada obat yang benar-benar efektif mengatasi penyakit ini. Di tahun 1991, Lynn mendapat vaksinasi TBC dan menurut ibunya, Kay, setahun telah imunisasi itu, kondisi kesehatan Lynn menurun. Gadis yang menyukai olahraga dan sangat berbakat di bidang musik--menguasai biola dan piano--ini menulis apa yang dia rasakan setelah 17 tahun. And this is her last diary (seperti yang dilansir Timesonline.com) yang dia tulis di awal tahun 2008.

Don't Resucitate (Jangan Sadarkan Aku)
"Saya tidak tahu bagaimana harus memulainya. Saya hanya ingin mati dan berharap semua orang mengerti dengan alasan dan keputusan saya. Saya sangat, sangat, sangat ingin mati karena sakit ini sudah tak tertahan lagi. Lebih dari 16 tahun saya mengidap penyakit mematikan ini, saya lelah dan merasa tidak bisa menanggung penyakit ini lagi untuk setiap detik, menit dan harinya.
Saya tidak bisa lagi menggantung harapan bahwa suatu hari saya bisa sembuh. Keputusan untuk mati ini sudah sangat lama dan keras saya pikirkan. Saya yakin hanya itu yang saya inginkan untuk saat ini. Meskipun hal ini sudah didiskusikan panjang lebar dengan orang tua saya, tapi mereka benar-benar tidak rela jika saya pergi.
Saya sudah coba mengakhiri hidup dengan menyuntikkan morfin dosis tinggi ke dalam pembuluh darah, tapi ternyata tubuh ini sudah toleran terhadap morfin. Dari situlah orang tua saya pertama kali tahu betapa depresinya saya. Saya sudah berusaha menyembunyikan perasaan tersebut dengan menampakkan wajah ceria di depan mereka. Tapi saya justru diberi obat antidepresi.
Obat-obatan berhasil membuat saya berhenti menangis terus menerus, tapi tidak bisa menghentikan keinginan saya untuk tidak berada di planet ini lagi. Tidak ada yang bisa mengubah pikiran itu. Saya tahu kemungkinan untuk sembuh dan menjalani hidup dengan normal seperti yang saya bayangkan sangatlah tipis.
Rahim saya sudah diangkat. Saya tidak akan pernah bisa mewujudkan keinginan favorit saya untuk punya anak. Saat ini saya berusia 31 tahun dan seharusnya sudah punya pasangan. Tulang saya sudah oesteoporosis, setiap kali batuk atau bersin, risiko patah tulang bisa saja terjadi. Semua impian saya untuk bisa berenang, berperahu, berlari, bersepeda sudah sirna sejak saya mengidap penyakit ini di usia 14 tahun.
Tubuh ini sudah lelah dan semangat hidup saya sudah patah. Saya merasa cukup. Saya mengerti jika orang-orang mengira saya depresi berat, tapi keinginan untuk meninggalkan semua rasa sakit ini terus memuncak. Saya benar-benar ingin mati. Saya tidak tahu lagi berapa jam yang sudah saya habiskan untuk mendiskusikan keinginan ini dengan ibu. Tapi ia selalu berusaha mati-matian mengubah pandangan dan pola pikir saya.
Sampai saat ini saya masih bisa bertahan karena tabung-tabung medis, pompa dan obat-obatan. Tanpa semua teknologi modern ini, saya tidak akan ada disini. Bayangkan Anda berada di sebuah ruangan kecil dan terdampar di atas kasur selama 16 tahun. Bayangkan menjadi perawan di usia 30 tahun dan tidak pernah tahu rasanya ciuman. Bayangkan rasa sakit mempunyai tulang seorang wanita berusia 100 tahun dan tidak bisa bergerak kemana-mana karena risiko patah tulang. Bayangkan ibu Anda mengelap tubuh dan membersihkan kotoran Anda setiap saat. Bayangkan terpenjara di dalam hidup yang menyedihkan.
Saya tidak perlu membayangkan semua itu karena tubuh dan pikiran saya sudah hancur. Saya sangat putus asa dengan sakit ini. Saya mencintai kedua orang tua saya, tapi saya tidak bisa memberikan apa-apa untuk mereka. Saya justru menyandarkan hidup pada mereka dan menyita waktunya. Saya tahu hati mereka sebenarnya sangat hancur dan tidak ingin kehilangan saya. Bahkan mereka mengatakan lebih baik meninggal atau merasakan hal yang sama dengan saya. Saya sangat beruntung punya orang tua yang sangat luar biasa.
Tapi maafkan saya Ibu, Ayah, saya benar-benar ingin mati. Mereka terus menanyakan apakah hal itu yang benar-benar saya inginkan. Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini semua bagi mereka. Saya tahu mereka tidak ingin kehilangan saya, tapi di sisi lain mereka juga tidak ingin saya menderita terus menerus karena penyakit ini. Saya tahu saya sudah bersifat egois karena mendahulukan kepentingan saya di atas kepentingan mereka. Tapi saya tidak bisa melakukan hal ini seorang diri tanpa bantuan orang tua saya".


Sungguh tak terperikan penderitaan yang dialami Lynn. Di penghujung Desember 2008, ibunya, Kay, memberikan bantuan--ia tidak saja menyuntikkan berlipat-lipat dosis morfin, tapi juga memasukkan udara langsung ke pembuluh jantung Lynn.
Berakhirkah penderitaan Lynn? Secara fisik, she's no longer in here. Tidak ada penderitaan di bumi. Tak ada lagi uang yang terbuang untuk membeli life supportings. Tapi, Firman Tuhan jelas menyatakan adalah hak Tuhan untuk mencabut nyawa karena Dia juga yang telah memberikannya. What breaks my heart is mengapa Tuhan seperti diam saja melihat penderitaan ini? Tujuhbelas tahun doing nothing but painful? Bagaimana jika gue yang menjadi Lynn? Meski sanggup membayangkannya, gue sungguh nggak berani menukar hidup yang sekarang gue jalani ini. My heart goes to Lynn Gilderdale...
Seharian ini gue berpikir betapa mahalnya harga kesehatan gue. Betapa ajaibnya Tuhan memelihara gue selama 38 tahun ini... Dan betapa gue bersyukur, dari semua kekurangan yang pikirkan, gue masih bisa berdiri, berceloteh, berlari, menulis, menggendut, mengurus, menyisir, praising and worship, berharap.... Ah, berharap. It's just 4 letters in english, tapi harapanlah yang akan menentukan haruskah kita terus atau berhenti...

Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Roma 4:18)

Senin, 18 Januari 2010

110 Days

I've been married for 110 days. I really want to write about this thing because for the for the first time in my life, I made the right decision. And it's blessed, both from my parents and the church. The church!
What would i bother to think of that anyway... Well, at the beginning thou, I wouldn't even wanna think of it. Not because of 'him' factor, it's the doubt, of myself. How could i possibly have another chance to ever live my dream while everybody I know have doubt in me to succeed? Guess it takes 30 pages to write down all the reason (thanks for my colorful background).
Instead writing them down, i open the new chapter in my book of life. First page: Marriage with the right person. I met--and awed--view good looking men in my life. I gotta to admit I am easy to awe to some certain kind of men. If they're fair enough, neat enough, play music enough, religious enough, and smart enough, then i'm hooked. Years of relationship then I stop counting when I met my 'ghost'. It's dark feeling toward him that sometimes inexplainable and absurd. The feeling just wooosh away. In just a blink, I lost my relationship with him. I don't love him anymore... And believe it or not, the feeling is really gone without a trace. Just memories remain. How hurt, how sad...
But this guy I met 4 years ago is anything but my type. With some pluses. He's resilience, funny, charming...charming guy with flamboyant ambiance. In shorter term, he's any girl's dream boyfriend. I hate to know the fact that he's a lovable. The story of a girl who left her city only for him was killing me. The story of a girl who wrote him a poem was killing me. I wanna kill him for spread the love virus around hopeless girls like them. Yet, i'm still in heaven knowing that from all the average looking hunter girls (confidence...confidence...), He hunted me! What all he's done for me haunted me. At the end of the story, i embrace my lost God and say yes to his proposal.
I never loose interest to know my God ever since even sometimes i've encountered my 'ghost' once a while. The weird factor is, i've managed to last this relationship. From day one I met him to this 110 day after the sacred vow (love to write this down later...), I've been in a real relationship. Yes, sometimes it's bitter, laugh all the way, and lots to learn relationship. But today, I'm still here, sitting in front of my office computer, writing, feeling how grateful I am for him. And Him. For last 110 days of my life and beyond, i feel so blessed.

Hey you, thanks for crazily loving me!