Minggu, 13 Juni 2010

The Beautiful part 4

Ada banyak unsur cantik., tapi hanya satu yang pasti. Setiap budaya punya 'bad hair day'. Di Australia tengah, orang Aborigin Aranda yang botak memakai wig yang terbuat dari bulu emu. Hal yang sama dilakukan oleh orang Azande di Sudan. Hanya saja wig mereka terbuat dari spons. Untuk memanjangkan rambut, suku Ashanti di Nigeria harus melakukan ritual berpura-pura bunuh diri. Dan di Brazil, suku Bororo memotong rambut mereka sebagai tanda berduka.

Rambut memiliki arti yang berbeda. Pahlawan pria di peradaban Barat 'dituntut' memiliki syarat tinggi, berkulit gelap, dan tampan. Sementara gadis berambut pirang dirasakan lebih menyenangkan.

Rambut pirang adalah rambut para putri dalam dunia dongeng, seperti Cinderella dan Rapunzel. Para wanita Hollywood paling terkenal berambut pirang. Sebutlah Jean Harlow, Carole Lombard, dan Marilyn Monroe (memang sih, cuma panata rambut mereka yang tahu warna asli rambutnya). Para gadis berambut gelap natural sampai hari ini masih merasa terintimidasi dengan kepirangan rambut teman mereka. Dan yang menyedihkan, umumnya mereka yang terlahir pirang merasa tidak yakin kalau sudah pirang 100%!

Perusahan produk perawatan rambut di Amerika Serikat memperkirakan 40% cewek memilih warna rambut pirang, pilihan yang sama dengan para wanita di masa Yunani kuno. Dari sudut pandang biologis, para peneliti mengatakan rambut pirang memberikan kesan kekanakan. Banyak bayi terlahir pirang dan rambutnya menggelap sejalan dengan waktu.

Sinyal apalagi yang diberikan rambut? Di masyarakat pada umumnya, rambut pendek mewakili karakter tegas dan disiplin. Coba pikir sekolah militer, biksu Buddha, dan penjara. Rambut panjang bisa diartikan kebebasandan perilaku yang tidak biasa: Hmmm, contohnya siswa SMA Pangudi Luhur dan Stephen Tyler!

"Seperti inilah aku waktu berusia 5 tahun," Noliwe Rooks, asistant profesor Studi Sejarah dan Afrika-Amerika dari Princeton, berkata.

Rambut Noliwe sangat african-american, dan ya, rambut seperti ini ikut mengukir kebudayaan, politik, dan ketegangan antar generasi. Foto itu menunjukkan seorang gadis kecil dengan rambut afro yang terikat, mirip bola.

"Ibuku seorang aktifis politik, dan aku memakai gaya ini sampai usiaku 13," tawanya.

"Nenekku punya masalah besar dengan gaya rambut ini. Aku cucu satu-satunya dan dia nggak tahan kalau rambutku seperti ini. Well, gaya rambut ini tidak cute. Tidak feminin. Nggak bisa dikasih pita. Setiap musim panas, ibu mengajaku tinggal di Florida bersama nenek. Begitu ibu pergi, nenek membawaku ke salon Ny. Ruby supaya diluruskan. Masalah yang timbul antara ibu, nenek, dan aku biasanya berputar di masalah rambut.."

Saat kuliah, Noliwe memutuskan untuk membiarkan rambutnya bergaya apa adanya. Atau sekalian dibuat gimbal.

"Sebelum aku kasih tahu nenek, dia terkena stroke. Di sepanjang perjalanan di pesawat menuju rumah, aku latihan bagaimana menjelaskan padanya soal penampilan rambutku ini. Para dokter nggak tahu masalah ini. Nenek nggak ngomong apa-apa. Suara yang keluar dari mulutnya seperti orang berkumur. Dan aku nggak bisa pakai topi untuk menutupi rambutku. Ini kan Florida yang suhunya 40 derajat! Aku masuk saja ke kamar dan berharap yang terburuk.

"'Kau apakan rambutmu?' tanyanya. Itulah komentar nenek.

Setelah sang nenek meninggal, Noliwe memotong rambutnya sebagai sikap berduka.

"Waktu nenek di rumah sakit, aku menyisiri rambutnya. Aku angkat rambut putih itu dari sikat rambut, masukkan ke dalam plastik dan meletakkannya di depan foto nenek. Itulah arti rambut buatku, sungguh besar buat hubungan kami. Rambut berarti kedekatan dan akhirnya penerimaan."

Tidak ada komentar: